Selasa, 08 Januari 2013

Kebutuhan Gizi Ibu Hamil


Zat-zat gizi penting yang diharapkan ibu selama hamil sebesar 2500 kalori per hari, terdiri dari:

1.  Karbohidrat (energi)

Karbohidrat merupakan zat gizi sumber energi utama dalam susunan sajian sebagian besar masyarakat Indonesia. Pada umumnya kandungan karbohidrat ini berkisar 60-70% dari total konsumsi energi. Kebutuhan energi bagi ibu hamil ialah 300 sampai 500 kkal lebih banyak dari masa sebelum hamil. Energi tambahan ini untuk memenuhi metabolisme basal yang meningkat, jadwal fisik yang semakin boros energi dan penimbunan lemak untuk cadangan energi. Kebutuhan kurang lebih 1292 kalori atau sama dengan 323 gr karbohidrat setara 5 piring nasi (Wahyuni, 2008). 

Kebutuhan energi pada trimester I meningkat secara minimal. Energi tambahan pada trimester II diharapkan untuk pemekaran jaringan ibu, penambahan volume darah, pertumbuhan uterus dan payudara, serta penumpukan lemak. Pada trimester III, energi tambahan digunakan untuk pertumbuhan janin dan plasenta. Karena banyaknya perbedaan kebutuhan energi selama hamil, WHO menganjurkan jumlah tambahan sebesar 150 kkal sehari pada trimester I dan 350 kkal selama trimester II dan III. (Arisman, 2004).
 
2.  Protein

Protein merupakan komponen terbesar yang terdapat di dalam badan sehabis air. Protein sebagai zat pembangun atau pembentuk jaringan baru. Kekurangan asupan protein bisa menghambat pertumbuhan janin (Wahyuni, 2008).

Dibutuhkan lebih banyak protein selama kehamilan dibandingkan saat tidak hamil. Hal ini dikarenakan protein diharapkan untuk pertumbuhan jaringan pada janin. Ibu hamil membutuhkan sekitar 75 gram protein setiap harinya, lebih banyak 25 gram dibandingkan perempuan yang tidak hamil (Sophia, 2009). Sedangkan Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi V menganjurkan penambahan protein 12 gram per hari (Arisman, 2004).

Mengkonsumsi masakan berprotein merupakan cara yang efektif untuk menambah kalori sekaligus memenuhi kebutuhan protein. Produk hewani seolah-olah daging, ikan, telur, susu, keju, dan hasil laut merupakan sumber protein. Selain itu protein juga bisa didapat dari tumbuh-tumbuhan seolah-olah kacang-kacangan, biji-bijian, tempe, tahu, oncom, dan lainnya (Sophia, 2009).   

3.  Lemak

Lemak merupakan sumber energi terbesar dalam tubuh. Berfungsi sebagai cadangan energi badan bagi ibu saat melahirkan, pelarut vitamin A, D, E, K dan asam lemak. Asam lemak omega 3 dan 6 juga diharapkan untuk perkembangan sistem syaraf, fungsi penglihatan dan pertumbuhan otak bayi juga sebagai alas bagi organ-organ tertentu seolah-olah biji mata dan ginjal. Konsumsi lemak dianjurkan tidak melebihi 25% dalam porsi masakan sehari-hari dari total kebutuhan energi. Sumber lemak antara lain: daging, susu, telur, mentega dan minyak tumbuhan (Wahyuni, 2008). 

4.  Vitamin

Dibutuhkan untuk memperlancar proses biologis dalam tubuh. Misalnya, vitamin A diharapkan untuk pertumbuhan dan perkembangan embrio. Kekurangan vitamin A bisa menimbulkan kelahiran prematur dan bayi berat lahir rendah (Sophia, 2009). Oleh karena itu, bisa diberikan tambahan vitamin A dosis rendah pada ibu hamil (tidak lebih dari 2500 IU per hari) (Sophia, 2009). 

Selain itu, diharapkan pula vitamin B1 dan B2 sebagai penghasil energi, vitamin B6 sebagai pengatur pemakaian protein badan dan vitamin B12 membantu kelancaran pembentukan sel-sel darah merah (Wahyuni, 2008). Vitamin B12 penting sekali bagi tumbuh kembang janin dan berfungsinya sel-sel sumsum tulang, sistem persarafan dan kanal cerna (Arisman, 2004).

Vitamin C merupakan antioksidan yang melindungi jaringan dari kerusakan dan diharapkan untuk membentuk kolagen dan menghantarkan sinyal kimia di otak. Wanita hamil setiap harinya disarankan mengkonsumsi 85 mg vitamin C per hari. Sumber vitamin C dari masakan seolah-olah tomat, jeruk, strawberry, jambu biji, dan brokoli. Makanan yang kaya vitamin C juga membantu peresapan zat besi dalam badan sehingga bisa mencegah anemia (Sophia, 2009).

Vitamin D untuk membantu peresapan kalsium dan materi dasar pembentukan tulang dan gigi janin (Wahyuni, 2008). Kekurangan vitamin D selama hamil bisa menimbulkan gangguan metabolisme kalsium pada ibu dan janin. Perhatian khusus perlu diberikan pada masyarakat yang tidak minum susu, misalnya kelompok vegetarian. Maka perlu diberi suplementasi kalsium sebanyak 5-10  g per hari (Arisman, 2004).   Sumber vitamin antara lain: sayuran, buah dan susu (Wahyuni, 2008).  

5.  Kalsium

Ibu hamil dan bayi membutuhkan kalsium untuk untuk menunjang tulang dan gigi serta persendian janin (Wahyuni, 2008). Selain itu, kalsium juga digunakan untuk membantu pembuluh darah berkontraksi dan berdilatasi. Kalsium juga diharapkan untuk mengantarkan sinyal saraf, kontraksi otot, dan sekresi hormon. Jika kebutuhan kalsium tidak tercukupi dari makanan, kalsium yang diharapkan bayi akan diambil dari tulang ibu (Sophia, 2009). Ini akan menimbulkan tulang keropos atau osteoporosis. Kebutuhan kalsium ibu hamil ialah sekitar 1000 mg per hari. Sumber kalsium dari masakan diantaranya produk susu seolah-olah ikan teri, susu, keju dan yogurt. Tablet kalsium dari puskesmas atau klinik juga bisa membantu terpenuhinya kebutuhan kalsium. Kekurangan kalsium selama hamil akan meningkatkan tekanan darah ibu meningkat. Asam folat diharapkan untuk menunjang pertumbuhan sel, memproduksi  heme  (salah satu zat pembentuk hemoglobin), pertumbuhan saraf dan tulang belakang serta otak janin (Kismoyo, 2005).

6.  Zat Besi

Zat besi diharapkan untuk memproduksi hemoglobin (protein di sel darah merah yang berperan membawa oksigen ke jaringan tubuh). Selama kehamilan, volume darah bertambah untuk menampung perubahan badan ibu dan pasokan darah bayi. Hal ini menimbulkan kebutuhan zat besi bertambah sekitar dua kali lipat. Jika kebutuhan zat besi tidak tercukupi, ibu hamil akan praktis lelah dan rentan infeksi. Risiko melahirkan bayi tidak cerdik balig cukup nalar dan bayi dengan berat badan lahir rendah juga lebih tinggi. Kebutuhan zat besi bagi ibu hamil yaitu sekitar 56 mg sehari (Almatsier, 2003).

Kebutuhan akan zat besi erat kaitannya dengan anemia (kekurangan sel darah merah), sebagai bentuk penyesuaian adanya perubahan fisiologis selama kehamilan yang disebabkan oleh:
-    Meningkatnya kebutuhan zat besi untuk pertumbuhan janin.
-    Kurangnya asupan zat besi pada masakan yang dikonsumsi sehari-hari.
-    Adanya kecenderungan rendahnya cadangan  zat besi pada wanita. Sehingga tidak bisa menyuplai kebutuhan zat besi atau mengembalikan persediaan darah yang hilang simpulan persalinan sebelumnya (Wahyuni, 2008).

Baca Juga :
10 Cara Simpel Mengetahui Kehamilan Tanpa Testpack 

Sumber https://onkicabaru.blogspot.com/
Sumber https://musicaltheatrememoirs.blogspot.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar