Minggu, 06 Januari 2013
Pencemaran Kuliner Secara Kimia
Berbagai fenomena yang berhubungan dengan keracunan masakan banyak kita jumpai, masalah yang cukup terkenal mengenai keracunan masakan oleh materi kimia ialah kejadian Minamata Diseases. Penyakit ini pertama kali ditemukan pada orang yang bertempat tinggal di sekitar teluk Minamata Jepang tahun 1953, penyakit ini disebabkan oleh senyawa Air Raksa (Hg) yang biasanya dihasilkan oleh materi kimia yang dipakai dalam fungisida dan industri plastik dan limbahnya dibuang di sekitar teluk, masyarakat yang mengkonsumsi ikan dan kerang yang ada di pinggir teluk tersebut terpapar dalam jangka waktu lama, yang pada akhirnya menjadikan
penyakit.
Di Indonesia masalah biskuit beracun yang terjadi tahun 1992 penambahan kandungan Sodium Nitrat yang berlebihan dalam biskuit. Nityrit yang menjadikan keracunan pada belum remaja dan orang dewasa, dalam bantuk kalium atau natrium biasanya dipakai sebagai materi pengawet makanan. Misalnya dipakai untuk mengawetkan daging dengan mencegah pertumbuhan kuman yang sanggup hidup tanpa oksigen (anaerob). Nitrit mengubah lingkungan kuman sehingga pertumbuhan kuman tidak memungkinkan. Pengolahan masakan ringan elok juga sanggup memakai materi pengawet ini, tapi ada batas tertentu yang sanggup ditoleransi oleh tubuh atau Nilai Ambang Batas. Jika melebihi NAB makan akan menjadikan pengaruh keracunan bagi orang yang mengkonsumsinya.
Jika seseorang memakan masakan yang mengandung benda asing baik organik maupun anorganik yang bersifat racun, sehingga mengubah sifat asli masakan tersebut dan menjadikan penyakit atau gangguan kesehatan bagi yang memakannya, hal ini disebut Food Poisoning (keracunan makanan). Ada beberapa hal yang menjadi penyebab timbulnya masalah keracunan makan masakan ditinjau dari sudut kimia:
A. MAKANAN TERKONTAMINASI OLEH BAHAN-BAHAN KIMIA
Kontaminasi karena materi kimia sering terjadi karena kelalaian atau kecelakaan, seakan-akan meleltakkan pestisida dengan materi makanan, kelalaian dalam pencucian sayuran atau buah-buahan sehingga sayur atau buah-buahan tersebut masih mengandung sisa pestisida dan kelalaian memasukkan materi kimia yang seyogyanya dipakai untuk kemasan dimasukkan ke dalam makanan. Bahan kimia yang terdapat dalam materi masakan dengan kadar yang berlebih akan bersifat toksik bagi manusia. Beberapa zat yang sering menjadikan keracunan insan adalah:
1. Zinc, terdapat pada perlatan dapur akan mengalami reduksi bila kontak dengan materi makan yang bersifat asam.
2. Insektisida, keracunan ini terjadi karena mengkonsumsi masakan yang masih mengandung residu pestisida, seakan-akan pada syran dan buah-buahan.
3. Cadmium, keracunan ini sanggup terjadi karena Cd yang terdapat pada peralatan dapur dengan kontak dengan masakan yang bersifat asam.
4. Antimonium, berasal dari perlatan dapur yang dilapisi dengan email kelabu murahan.
B. PENGGUNAAN ZAT ADIKTIF
Zat aditif materi masakan biasanya dipakai secara sengaja, zat tambahan tadi sanggup menjadikan masakan lebih sedap, tampak lebih menarik, busuk dan rasa lebih sedap, dan masakan lebih tahan lama (awet), tetapi karena masakan tersebut sanggup berbahaya bagi insan maka disebut zat pencemar.
WHO mensyaratkan zat tambahan itu seharusnya memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Aman digunakan
2. Jumlahnya sekedar memnuhi kriteri dampak yang diharapkan
3. Sangkil secara teknologi
4. Tidak boleh dipakai untuk menipu pemakai dan jumlah yang dipakai haruslah minimal.
Pemakaian zat tambahan yang aman dipakai merupakan pertimbangan yang penting, walaupun tidak mungkin untuk mendapat bukti secara mutlak bahwa suatu zat tambahan yang dipakai secara khusus tidak toksik bagi semua insan dalam semua kondisi, paling tidak pengujian secara sifat-sifat fisiologis, farmakologis, dan biokemis pada binatang percobaan yang dusulkan sanggup dipakai sebagai dasar yang beralasan bagi penilaian pemakian suatu zat tambahan pada materi makanan.
Akan tetapi permasalahan yang sering muncul ialah pihak produsen masakan lebih memperetimbangkan segi untungnya dari dampak timbul bagi kesehatan masyarakat yang mengkonsumsi masakan yang dihasilkannya. Karena pertimbangan ini sering terjadi pemalsuan dalam perdagangan makanan, jikalau pemalsuan sebatas merk dagang yaitu dengan menggandakan nama produk yang digemari masyarakat tidak akan memberikan problem yang besar bagi kesehatan masyarakat, tetapi bila pemalsuan tersebut bertujuan semoga produk yang mestinya dibuang baik karena kesalahan produksi, maupun telah melebihi masa kadaluarsa, bila dipasarkan kembali akan sangat membahayakan bagi kesehatan masyarakat. Ada beberapa cara pemalsuan yang sering terjadi dan ini dilakukan oleh penjual atau produsen:
1. Menghilangkan bau, seakan-akan penambahan cuka pada ikan yang telah membusuk
2. Memberikan kesegaran palsu, misalnya dengan menambahkan zat warna pada daging
3. Menambahkan zat putih pada tepung.
4. Menambahkan tanggal kadaluarsa suatu produk
5. Menyalurkan kembali masakan yang telah kadaluarsa melalui paket-paket hadiah atau parcel.
Selain penyalahgunaan zat aditif tersebut sanggup toksik pada seseorang yang mengkonsumsi masakan dengan kandungan zat tambahan yang melebihi kadarnya dalam waktu relatif lama. Sifat toksik tersebut yang muncul sehabis terpapar dalam rentang waktu relatif lama, seakan-akan penggunaan sakarin dan siklamat (pemanis
buatan) akan meracuni hati, penggunaan Monosodium Glutamat (penyedap rasa) akan merusak jaringan otak dan banyak ancaman zat tambahan lain yang sanggup membahayakan kesehatan manusia.
C. PENGGUNAAN BAHAN MAKANAN SECARA ALAMIAH MENGANDUNG RACUN
Keracunan masakan sanggup terjadi simpulan racun secara alamiah terdapat dalam masakan itu sendiri, keracunan seakan-akan itu terjadi karena kelalaian atau ketidaktahuan masyarakat yang mengkonsumsinya, misalnya keracunan singkong karena adanya asam sianida (HCN) yang pada dosis tertentu sanggup menjadikan kematian. Singkong yang dikonsumsi tidak dicuci dengan benar atau tidak sempurna pengolahannya. Demikian juga dengan keracunan jengkol karena adanya kristal asam jenkolat yang sanggup menyumbat susukan air seni apabila kandungan jengkolat yang terakumulasi dalam tubuh.
Sumber https://onkicabaru.blogspot.com/ Sumber https://musicaltheatrememoirs.blogspot.com/
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar